Evi saptriyawati
Alam Indonesia yang kaya akan plasma nutfah, kini kembali hadir dengan ditemukannya tumbuhan sarang semut yang bekhasiat sebagai obat. Tanaman ini berasal dari daratan Papua. Tumbuhan ini kini menjadi topik hangat dikalangan para ahli pengobatan komplementer dan alternatife. Khasiatnya sebagai obat telah diakui baik di dalam maupun luar negeri. Tanaman obat lain seperti mahkota dewa, buah merah, dan buah keben, juga berasal dari Papua.
Taksonomi
Secara taksonomi tumbuhan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Lamiidae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Myrmecodia
Spesies : Myrmecodia pendens Merr. &Perry
Tumbuhan sarang semut yang tergolong dalam kelas Myrmecodia Jack ini memiliki 26 spesies yang berasal dari Irian atau Papua termasuk di Papua Nugini. Berikut nama masing-masing spesies tersebut:
No. |
Nama spesies |
No. |
Nama spesies |
1 |
M. tuberose Jack |
14 |
M. angustifolia Valeton |
2 |
M. kutubuensis Huxley & Jebb |
15 |
M. sterrophylla Merr.& Perry |
3 |
M. jobiensis Becc. |
16 |
M. oksapminensis Huxley & Jebb |
4 |
M. erinacea Becc. |
17 |
M. paradoxa Huxley & Jebb |
5 |
M. alata Becc. |
18 |
M. aureospina Huxley & Jebb |
6 |
M. beccarii J.D.Hooker |
19 |
M. brassii Merr.& Perry |
7 |
M. platytyrea Becc. |
20 |
M. lamii Merr.& Perry |
8 |
M. pendens Merr.&Perry |
21 |
M. archboldiana Merr.&Perry |
9 |
M. longissima Valeton |
22 |
M. pteroaspida Huxley&Jebb |
10 |
M. oblongata Valeton |
23 |
M. melanachanta Huxley&Jebb |
11 |
M. longivolia Valeton |
24 |
M. horrida Huxley&Jebb |
12 |
M. schlechteri Valeton |
25 |
M. ferox Huxley&Jebb |
13 |
M. albertisii Becc. |
26 |
M. gracilispina Huxley&Jebb |
Khusus untuk M. tuberose, ada sekitar 16 subspesies atau varietas yang diberi nama informal, yaitu Armata, Siberutensis, Bracteata, Apoensis, Sibuyanensis, Menadensis, Rumphii, Bullosa, Lanceolata, Muelleri, versteegii, Pulvinata, Papuana, Dahlii, Salomonensis, dan Manusensis.
Morfologi
Umbi. Saat muda umbinya berbentuk bulat, kemudian menjadi lonjong memendek dan memanjang saat tua. Umbinya berduri dan memiliki sistem jaringan lubang-lubang, dimana bentuk dan interkoneksi dari lubang-lubang tersebut sangat khas sehingga sering digunakan sebagai parameter dalam klasifikasi genus ini.
Batang . Batangnya jarang ada yang bercabang, jika ada hanya satu atau beberapa cabang saja. Bahkan ada beberapa species yang tidak memiliki cabang sama sekali. Batangnya tebal dan internodalnya sangat dekat, kecuali pada pangkal sarang semut dari beberapa spesies.
Daun. Daunnya tebal seperti kulit. Pada beberapa spesies memiliki daun yang sempit dan panjang. Stipula (penumpu) besar, persisten, terbelah dan berlawanan dengan tangkai daun (petiol), serta membentuk seperti “telinga” pada klipeoli. Terkadang terus berkembang menjadi sayap di sekitar bagian atas klipeolus.
Bunga. Pembungaan dimulai sejak adanya beberapa ruas (intermodal) pada tiap-tiap nodus (buku). Dua bagian pada setiap bunga berkembang pada suatu kantong udara (alveolus) yang berbeda. Alveoli tersebut mungkin ukurannya tidak sama dan terletak pada tempat yang berbeda di batang. Kuntum bunga muncul pada dasar alveoli. Setiap bunga berlawanan oleh suatu brakteola. Bunga jarang kleistogamus (menyerbuk tidak terbuka) dan terkadang heterostilus. Kelopak biasanya terpotong. Polennya 1-, 2-, atau 3- porat (kolporat) dan sering 1,2,atau 3 visikel sitoplasma yang besar. Buah berkembang dalam alveolus dan memanjat pada dasarnya menjadi menonjol keluar hanya setelah masak.
Budi daya
- budi daya tumbuhan sarang semut|photo kaskus.us
Tumbuhan ini dapat melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan banyak buah beri yang berwarna merah atau orange ketika masak yang di dalamnya terdapat sepasang biji. Biji-biji tersebut dapat tumbuh pada media yang sesuai dan akan berkecambah dengan cepat. Biji yang kering dan tua tidak akan berkecambah.
Bagian hipokotil akan membengkak dengan cepat ketika biji berkecambah. Ketika berumur beberapa bulan bagian ini akan membentuk lubang-lubang. Pencahayaan sangat diperlukan selama masa perkecambahan, bila tidak tanaman akan tumbuh memanjang, bagian umbinya menciut, dan daunnya akan sangat banyak.
Saat ini perbanyakan tumbuhan sarang semut dapat diperbanyak melalui kultur jaringan. Tumbuhan ini merupakan tanaman sukulen, yaitu tanaman yang dapat menyimpan cadangan air pada jaringannya dan memiliki morfologi berdaging (seperti kaktus dan lidah buaya) sehingga sanagat toleran terhadap kekeringan. Penyiraman sebaiknya dilakukan dua hari sekali atau pada malam hari saja, ketika hendak melakukan penyiraman pastikan tanaman dalam keadan yang kering, bila terlalu sering disiram maka akan terjadi pembusukan yang menyebabkan tumbuhan mati. Pemupukan dapat dilakukan 2 atau 3 minggu sekali, dan sebaiknya menggunakan pupuk organik seperti kompos. Pada habitat liar tumbuhan ini memperoleh pupuk dari debris atau sampah yang diperoleh dari hasil simbiosis mutualisme tumbuhan sarang semut dengan semut yang menghuninya.